Artikel lain yang mendukung MY PI pada postingan
yang sebelumnya yaitu artikel tentang hal-hal apa saja yang bisa membuat anak
malas belajar. Pada artikel tersebut menampilkan ada beberapa hal yang membuat
anak malas belajar menurut Robert D Carpenter. Terdapat 4 penyebab anak malas
belajar yaitu :
1. Tidak
ada komunikasi yang baik dengan anak
Kebiasaan para orangtua pada umumnya adalah suka memberikan pesan namun pesan yang disebutkan tersebut hanyalah membuat anak memiliki beban sehingga hanya menjadikan anak malas untuk belajar.
Banyak pesan-pesan yang disampaikan kepada anak, namun pesan tersebut hanyalah berisi omelan dan pelampiasan kemarahan orangtua. Misalnya adalah ketika orangtua melihat hasil nilai ulangan anak. Kebetulan nilai yang didapat di bawah nilai rata-rata (jeblok). Nah, kebetulan pula si anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain. Kira-kira tahu pesan apa yang disampaikan orangtua kepada anak? Pasti begini pesan yang diberikan, "Kamu sih tidak mendengarkan kata ibu, kamu kebanyakkan main hingga lupa belajar, akhirnya ya begini nilainya jelek! Ibu kecewa sama kamu! Ibu kan sudah capek-capek mencari uang untuk kamu."
Kira-kira tahukan apa yang akan direspon oleh sang anak? Cerita sekilas tadi merupakan gambaran komunikasi kepada anak yang sangat tidak efektif. Sebaiknya para orangtua harus banyak bertanya kepada anak, mengapa hal tersebut bisa terjadi. Barangkali si anak memang mempunyai permasalahan dengan materi pelajaran yang belum dikuasainya.
2. Orangtua bersikap otoriter kepada anak
Tanpa sadar banyak para orangtua yang melakukan sikap kepada anaknya dengan sikap otoriter. Maksudnya sih bagus memberikan pesan kepada anak namun efek yang ditimbulkan malah membuat anak malas untuk belajar. "Pokoknya kamu besok harus rangking satu!" Seharusnya kamu itu lulus dengan nilai bagus, kan sudah ayah masukkan ke lembaga BIMBEL!" Kalau sudah besar nanti kamu harus menjadi pedagang seperti ayah!"
Masih banyak pesan-pesan lainnya yang membuat anak malas untuk belajar. Si anak seakan-akan harus dipaksa untuk menuruti kemauan orangtuanya. Akhirnya hal yang terjadi adalah anak akan melakukan kemauan orangtuanya dengan setengah hati. Bagaimana mau dilakukan dengan sepenuh hati, kalau anak sendiri tidak menyukainya.
3. Orangtua memberikan target dan standar yang tidak sesuai
Ada juga beberapa orangtua yang mengharapkan agar anaknya bisa mencapai target yang telah ditentukan oleh orangtuanya. Target yang diberikan bisa jadi berada di bawah atau di atas kemampuan anak. Kalau target yang diberikan jauh di bawah dari kemampuan anak, bisa jadi anak malah akan tidak ada motivasi sehingga anak akan malas untuk belajar. Begitu pula sebaliknya ketika target yang diberikan jauh di atas kemampuan anak maka si anak juga akan malas untuk belajar karena merasa terbebani.
4. Orangtua memberikan tata tertib yang tidak mendidik
Ada beberapa para orangtua yang membuat aturan dan hukuman dalam kehidupan rumah tangganya, termasuk aturan dan hukuman kepada anak. Aturan dan hukuman ini akan bisa bermanfaat dengan baik apabila dibuat dengan kesepakatan antara pihak anggota keluarga bukan buatan orangtua sendiri. Apabila hanya buatan orangtua sendiri maka aturan tersebut tidak akan bisa menumbuhkan sikap sadar, paham dan mengerti dengan konsekuensi.
Buatlah aturan-aturan dengan kesepakatan bersama anak dan selalu di up date. Termasuk kesepakatan dalam belajar dan bermain. Apabila anak melanggar bisa diberi hukuman namun bila anak berprestasi maka perlu untuk diapresiasi dalam bentuk penghargaan.
Kebiasaan para orangtua pada umumnya adalah suka memberikan pesan namun pesan yang disebutkan tersebut hanyalah membuat anak memiliki beban sehingga hanya menjadikan anak malas untuk belajar.
Banyak pesan-pesan yang disampaikan kepada anak, namun pesan tersebut hanyalah berisi omelan dan pelampiasan kemarahan orangtua. Misalnya adalah ketika orangtua melihat hasil nilai ulangan anak. Kebetulan nilai yang didapat di bawah nilai rata-rata (jeblok). Nah, kebetulan pula si anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan bermain. Kira-kira tahu pesan apa yang disampaikan orangtua kepada anak? Pasti begini pesan yang diberikan, "Kamu sih tidak mendengarkan kata ibu, kamu kebanyakkan main hingga lupa belajar, akhirnya ya begini nilainya jelek! Ibu kecewa sama kamu! Ibu kan sudah capek-capek mencari uang untuk kamu."
Kira-kira tahukan apa yang akan direspon oleh sang anak? Cerita sekilas tadi merupakan gambaran komunikasi kepada anak yang sangat tidak efektif. Sebaiknya para orangtua harus banyak bertanya kepada anak, mengapa hal tersebut bisa terjadi. Barangkali si anak memang mempunyai permasalahan dengan materi pelajaran yang belum dikuasainya.
2. Orangtua bersikap otoriter kepada anak
Tanpa sadar banyak para orangtua yang melakukan sikap kepada anaknya dengan sikap otoriter. Maksudnya sih bagus memberikan pesan kepada anak namun efek yang ditimbulkan malah membuat anak malas untuk belajar. "Pokoknya kamu besok harus rangking satu!" Seharusnya kamu itu lulus dengan nilai bagus, kan sudah ayah masukkan ke lembaga BIMBEL!" Kalau sudah besar nanti kamu harus menjadi pedagang seperti ayah!"
Masih banyak pesan-pesan lainnya yang membuat anak malas untuk belajar. Si anak seakan-akan harus dipaksa untuk menuruti kemauan orangtuanya. Akhirnya hal yang terjadi adalah anak akan melakukan kemauan orangtuanya dengan setengah hati. Bagaimana mau dilakukan dengan sepenuh hati, kalau anak sendiri tidak menyukainya.
3. Orangtua memberikan target dan standar yang tidak sesuai
Ada juga beberapa orangtua yang mengharapkan agar anaknya bisa mencapai target yang telah ditentukan oleh orangtuanya. Target yang diberikan bisa jadi berada di bawah atau di atas kemampuan anak. Kalau target yang diberikan jauh di bawah dari kemampuan anak, bisa jadi anak malah akan tidak ada motivasi sehingga anak akan malas untuk belajar. Begitu pula sebaliknya ketika target yang diberikan jauh di atas kemampuan anak maka si anak juga akan malas untuk belajar karena merasa terbebani.
4. Orangtua memberikan tata tertib yang tidak mendidik
Ada beberapa para orangtua yang membuat aturan dan hukuman dalam kehidupan rumah tangganya, termasuk aturan dan hukuman kepada anak. Aturan dan hukuman ini akan bisa bermanfaat dengan baik apabila dibuat dengan kesepakatan antara pihak anggota keluarga bukan buatan orangtua sendiri. Apabila hanya buatan orangtua sendiri maka aturan tersebut tidak akan bisa menumbuhkan sikap sadar, paham dan mengerti dengan konsekuensi.
Buatlah aturan-aturan dengan kesepakatan bersama anak dan selalu di up date. Termasuk kesepakatan dalam belajar dan bermain. Apabila anak melanggar bisa diberi hukuman namun bila anak berprestasi maka perlu untuk diapresiasi dalam bentuk penghargaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar